Tuesday 15 December 2015

Kerja Bersama untuk NTB

NUSA Tenggara Barat, provinsi dengan dua pulau besar, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dahulu merupakan bagian dari sunda kecil. Provinsi yang mendapat anugrah alam luar biasa dari Sang Pencipta. Sepuluh kabupaten/kota di NTB memiliki potensi luar biasa. Mulai alamnya yang indah, tanahnya yang subur, sampai perut buminya yang menghasilkan tambang.
Besok usia NTB tepat 57 tahun. Mengusung jargon di hari jadi,"ayo kerja, NTB maju". Makna mendalam dalam jargon tersebut. Segala potensi memang bajal sia-sia tanpa upaya. Selamanya NTB akan begini saja, bila masyarakatnya tidak memiliki semangat kerja tinggi. Tentu saja bukan sekadar kerja biasa, tapi kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Menapak usia 57 tahun, NTB tidak bisa dikatakan mudah. Wajar, di usianya saat ini, banyak rencana besar yang harus diwujudkan. Mulai dari Lombok Utara, ada desain raksasa pembangunan pelabuhan internasional. Pelabuhan spektakuker dengan fasilitas mumpuni. Sementara di Lombok Tengah, sudah menanti kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Pembangunan besar yang diperkirakan menyaingi Nusa Dua di Bali. Di Lombok Timur ada balai latihan kerja internasional. Balai latihan yang disebut-sebut bisa menjadi pionir pembekalan tenaga kerja lokal di Indonesia. Sementara di Pulau Sumbawa ada Samota (Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Tambora), potensi eksotik yang bakal menjadi poros maritim. Samota yang berada dibawah "kuasa" tiga kabupaten, Sumbawa, Dompu, dan Bima bakal menyihir dunia. Julukannya pun sebagai akuarium raksasa.
Diluar rencana besar itu, yang jelas kabupaten/kota di NTB sangat seksi untuk dikembangkan. Di Lombok Barat, selain kawasan Senggigi, banyak gili-gili istimewa. Pesona pulaunya, pasirnya, dan bawah airnya tidak kalah dengan Gili Trawangan. Kota Mataram sendiri sebagai ibukota provinsi, sudah menjelma menjadi kawasan strategis investasi. Hotel dan pusat perbelanjaan terus merangsek. Jasa dan perdagangan memegang sumbangan tertinggi.
Namun, semua potensi yang dimiliki NTB tidak artinya sepanjang warganya hanya jadi penonton. Kenapa jadi penonton? karena tidak ada skill memadai. Prospek besar yang ada di kabupaten/kota tidak bisa dimanfaatkan. Akhirnya orang luar daerah dengan skill memadai, diberi kesempatan untuk bekerja. Apa ini salah?. Diluar penonton yang paling parah ada yang malah ngure (bikin onar), ini jelas yang repot. Bukannya ikut mendukung kemajuan daerah, mereka sibuk berkelahi. Masalah remeh-temeh jadi perang antar kampung. Kalau bukan soal perang kampung, maka tindak kejahatan pada wisatawan terjadi. Mereka yang seharusnya ikut menjaga nama baik daerah, malah menjarah harta wisatawan. Investor menjadikan keamanan sebagai kartu AS sebelum menanamkan modal. Mereka tidak mau hanya membuang uang. Kalau kondisinya sudah begini, bagaimana membuat NTB maju.
Ayo kerja untuk NTB harus dimaknai kerja bersama. Kerja untuk NTB bukan hanya dilakukan pemerintah, polisi, TNI, ataupun LSM. Kerja bersama itu dilakukan oleh seluruh masyarakat NTB. Mereka yang merasa memiliki NTB. Mereka yang merasa NTB adalah rumahnya. Dan tentu saja, mereka yang lahir, besar, hidup, dan mencari makan di NTB. Ayo kerja, kerja bersama, dan NTB akan maju.(*)

0 10 komentar:

Post a Comment