This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 29 December 2015

Rasa Underground Lombok

Clothing Produk Lombok (2)



JALAN Selandir tepat di belakang Supermarket Ruby ada outlet bertuliskan Lombok Hardcore. Ini salah satu distro legendaris di Mataram. Sering jadi perbincangan anak-anak muda. Khususnya penggemar musik. Menjejakkan kaki di distro langsung disambut deretan pakaian. Tidak hanya kaos dan celana. Di lemari berjejer topi, tas, dan sandal.
Meski hardcore selalu dikaitkan dengan anak band, tidak berarti peminat Lombok Hargcore hanya anak band. Yang pasti distro selalu identik dengan limited edition, desain sendiri, dan karya lokal.
“Sasarannya memang penghobi musik. Sekarang konsumennya lebih umum anak muda sih,” kata karyawan Lombok Hardcore Oni.
Melihat desain pakaian, khususnya kaos desain sendiri Lombok Hardcore kelihatan garang. Tampilan hitam dengan gambar cowok banget mendominasi. Clothing Lombok Hardcore ini pertama muncul 1999.
“Belum banyak distro-distro saat itu,” sambungnya.
 Meski kelihatan mahal, kata Oni, sesungguhnya harga produk lokal ini bersahabat di kantong anak muda. Untuk kaos dibandrol dari Rp 80 ribu, celana Rp 155 ribu, tas Rp 100 ribu, topi Rp 80-90 ribu, dan sandal Rp 90 ribu.
“Tidak mahal-mahal menyesuaikan dengan harga anak muda,” ucapnya ramah.
Mengetahui cerita Lombok Hardcore kurang lengkap rasanya tanpa ngobrol dengan Ownernya Wayan Agus Dedy. Diceritakan, kehadiran Lombok Hardcore tidak bisa lepas dari musik underground terutama hardcore. Meski identik dengan hardcore, tidak lantas mengkotakkan diri. Sasaran utama tetap umum. Tidak memandang usia, tua, muda, dan anak-anak bebas memburunya.
“Ditanya kalangannya. Menengah ke bawah,” katanya.
Meski menyasar menengah ke bawah, lanjutnya, bukan berarti membuat produk Lombok Hardcore murahan. Harga pasar kualitasnya bukan pasaran. Itu dibuktika dengan desain orisinil dan bahan pakaian.
“Sejauh ini peminatnya lumayan,” akunya.
Pria yang akrab disapa Goes Dedy ini mengungkapkan, soal pasang surut jualan lumrah dalam jualan. Sampai sekarang terbukti Lombok Hardcore tetap eksis. Kesabaran menjadi kunci.
“Namanya juga jualan,” ucapnya tertawa.
Kesabaran  Dedy tidak sia-sia. Ditengah gempuran pakaian luar, Lombok Hardcore merambah hingga luar NTB. Pelanggannya sampai ke luar negeri. Disebutkan, konsumen dari Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, sampai Batam rajin update barang baru. Sementara dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat tidak mau ketinggalan.
“Lumayan bisa luar daerah bahkan luar negeri,” tambahnya.
Jumlah distro di Mataram terus bertambah. Bagi Dedy, kemunculan distro baru bukan musuh atau saingan. Justru itu kebanggaan bagi Lombok.
“Bangga Lombok bisa maju karena kreatif anak muda, khususnya distro,” tukasnya.(*)

 

Tuesday 15 December 2015

Kerja Bersama untuk NTB

NUSA Tenggara Barat, provinsi dengan dua pulau besar, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dahulu merupakan bagian dari sunda kecil. Provinsi yang mendapat anugrah alam luar biasa dari Sang Pencipta. Sepuluh kabupaten/kota di NTB memiliki potensi luar biasa. Mulai alamnya yang indah, tanahnya yang subur, sampai perut buminya yang menghasilkan tambang.
Besok usia NTB tepat 57 tahun. Mengusung jargon di hari jadi,"ayo kerja, NTB maju". Makna mendalam dalam jargon tersebut. Segala potensi memang bajal sia-sia tanpa upaya. Selamanya NTB akan begini saja, bila masyarakatnya tidak memiliki semangat kerja tinggi. Tentu saja bukan sekadar kerja biasa, tapi kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Menapak usia 57 tahun, NTB tidak bisa dikatakan mudah. Wajar, di usianya saat ini, banyak rencana besar yang harus diwujudkan. Mulai dari Lombok Utara, ada desain raksasa pembangunan pelabuhan internasional. Pelabuhan spektakuker dengan fasilitas mumpuni. Sementara di Lombok Tengah, sudah menanti kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Pembangunan besar yang diperkirakan menyaingi Nusa Dua di Bali. Di Lombok Timur ada balai latihan kerja internasional. Balai latihan yang disebut-sebut bisa menjadi pionir pembekalan tenaga kerja lokal di Indonesia. Sementara di Pulau Sumbawa ada Samota (Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Tambora), potensi eksotik yang bakal menjadi poros maritim. Samota yang berada dibawah "kuasa" tiga kabupaten, Sumbawa, Dompu, dan Bima bakal menyihir dunia. Julukannya pun sebagai akuarium raksasa.
Diluar rencana besar itu, yang jelas kabupaten/kota di NTB sangat seksi untuk dikembangkan. Di Lombok Barat, selain kawasan Senggigi, banyak gili-gili istimewa. Pesona pulaunya, pasirnya, dan bawah airnya tidak kalah dengan Gili Trawangan. Kota Mataram sendiri sebagai ibukota provinsi, sudah menjelma menjadi kawasan strategis investasi. Hotel dan pusat perbelanjaan terus merangsek. Jasa dan perdagangan memegang sumbangan tertinggi.
Namun, semua potensi yang dimiliki NTB tidak artinya sepanjang warganya hanya jadi penonton. Kenapa jadi penonton? karena tidak ada skill memadai. Prospek besar yang ada di kabupaten/kota tidak bisa dimanfaatkan. Akhirnya orang luar daerah dengan skill memadai, diberi kesempatan untuk bekerja. Apa ini salah?. Diluar penonton yang paling parah ada yang malah ngure (bikin onar), ini jelas yang repot. Bukannya ikut mendukung kemajuan daerah, mereka sibuk berkelahi. Masalah remeh-temeh jadi perang antar kampung. Kalau bukan soal perang kampung, maka tindak kejahatan pada wisatawan terjadi. Mereka yang seharusnya ikut menjaga nama baik daerah, malah menjarah harta wisatawan. Investor menjadikan keamanan sebagai kartu AS sebelum menanamkan modal. Mereka tidak mau hanya membuang uang. Kalau kondisinya sudah begini, bagaimana membuat NTB maju.
Ayo kerja untuk NTB harus dimaknai kerja bersama. Kerja untuk NTB bukan hanya dilakukan pemerintah, polisi, TNI, ataupun LSM. Kerja bersama itu dilakukan oleh seluruh masyarakat NTB. Mereka yang merasa memiliki NTB. Mereka yang merasa NTB adalah rumahnya. Dan tentu saja, mereka yang lahir, besar, hidup, dan mencari makan di NTB. Ayo kerja, kerja bersama, dan NTB akan maju.(*)

Tuesday 8 December 2015

Kopi Lombok Berkualitas



Dikenal di luar saja untuk kopi Lombok rasanya tidak cukup. Sudah seharusnya seluruh masyarakat Lombok tahu betul tentang kualitas kopi lokal ini. Seringnya pertanyaan mengenai cita rasa kopi Lombok ditanyakan, mendorong Dody A Wibowo sejak 20 Agustus lalu membuka kafe di Jalan Sriwijaya 5D. Ia mengibaratkan Etnic Coffee ini sebagai kedai kopi lokal.
‘’Banyak yang ingin nyoba. Kepikiran juga akhirnya membuka kafe,’’ kata Dody.
Brand kafe yang diusung, kata Dody, meski juga menjual makanan dan minuman lain, tetap menonjolkan kopi Lombok. Rasanya kurang lengkap kalau kopi yang diproduksi dari petani lokal itu hanya dalam bentuk biji mentah ataupun bubuk. Ini juga bisa menjadi media promosi untuk penggemar kopi yang ingin mencoba rasa kopi lokal.
‘’Dibuktikan saja. Benar tidak rasanya memang enak,’’ ungkapnya.
Pemuda 27 tahun ini bercerita, seringkali mendapat cerita soal kopi yang masuk kafe harganya selalu mahal. Menurutnya, tidak semua kafe menjual kopi dengan harga tinggi. Bahan baku menjadi salah satu penyebab kopi yang masuk kafe harganya mahal. Karena semua proses dilalui sendiri, Etnic Coffee pun menawarkan harga yang terjangkau.
‘’Untuk bisa menghasilkan racikan kopi yang paten saya pun belajar tentang kopi. Ya, kalau bahasa kerennya jadi barista,’’ kelakarnya.
Dody mengaku, belajar secara otodidak untuk mengasilkan kopi yang berkualitas. Pertama tentu saja pemilihan biji kopi di tingkat petani, proses berikutnya memasak kopi atau biasa disebut roasting. Proses pematangan kopi ini tidak bisa sembarangan. Ia harus menjaga supaya kematangan kopi tepat, sehingga tidak merusak cita rasa kopi.
‘’Jempol tangan ini sampai melepuh seharian urus kopi terus,’’ ucapnya sembari menunjukkan jempol tangan yang memerah.
Anak pertama tiga bersaudara ini pun tidak mau setengah-setengah belajar meracik kopi yang bagus. Selain rajin sharing dengan pecinta kopi, ia pun kerap bertanya pada para ahli kopi. Racikan yang coba dikembangkan saat ini berkiblat ke Italia.
‘’Kiblat ke luar tapi cita rasa tetap lokal,’’ akunya.
Kopi Lombok, kata Dody, naik kelas begitu sudah masuk dapur. Ia pun mencontohkan cara membuat coffee latte, latar belakangnya itu espresso dicampur susu. Variasi bisa dicampur berbagai flavour (rasa) seperti vanilla, mocha, coconut, hazelnut, ataupun irish.
‘’Ini sekarang saya tunjukkan caranya,’’ ucapnya.
Di meja barista itu, Dody terlihat cekatan membuat coffee latte. Setelah kopi siap, ia pun mengambil susu murni yang dipanaskan. Kopi ini pun kemudian dicampur dengan susu. Satu cangkir kopi ini dibuatnya tidak sampai lima menit.
‘’Biar semakin lengkap saya hias dulu atasnya. Ini waktunya hias tidak sampai semenit,’’ katanya.
Dikatakan, pilihan lain ada black eye, espresso yang dicampur kopi seduh. Ada juga cappuccino yang merupakan perpaduan espresso campur susu dengan milk foam. Untuk lebih menggoda, ada espresso dengan campuran whipped cream yang diberi nama espresso con panna.
‘’Untuk yang ingin cita rasa aslinya juga bisa,’’ katanya.
Lajang kelahiran 15 Januari 1987 ini mengatakan, untuk cira rasa original kopi Lombok bisa diseduh biasa. Alat seduh manual untuk kopi hitam seperti siphon, coffee pot, Vietnam drip dan alat lainnya sudah dipersiapkan.
‘’Ya, mau rasa kopi asli tetap disiapkan,’’ imbuhnya.
Karena sedari awal mengangkat citra kopi lokal, kata Dody, inovasi kopi tidak boleh berhenti. sudah ada rencana untuk mengembangkan peaberry yang merupakan kopi lanang dengan campuran jahe. Bagi kaum adam kopi lanang ini dipercaya bisa meningkatkan vitalitas, apalagi ada tambahan jahe.
‘’Supaya laki-laki lebih strong,’’ ujarnya tertawa.
Dody sedikit mengisahkan tentang kopi lanang. Peaberry sebenarnya biji kopi yang cacat dalam pertumbuhannya. Bagi sebagian orang biji kopi ini sudah tidak dianggap.
‘’Dibalik itu ada khasiatnya,’’ ungkapnya.
Keberadaan Etnic Coffee diakui alumni SMAN 2 Mataram ini sekaligus menyongsong Asean Free Trade Area (AFTA) 2015. Perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut akan membuat banyak produk luar Indonesia berjubel masuk ke Indonesia. Kopi Lombok yang barus dikenalkan secara luas bisa tenggelam oleh produk luar.
‘’Memang kita semua harus mempersiapkan diri,’’ tambahnya.
Dody mengatakan, kafe bercita rasa lokal ini memang harus banyak muncul di Lombok. Dengan perputaran kopi lokal yang semakin pesat, berimbas pada pendapatan dan kesejahteraan petani lokal. Sangat ironis ketika kopi luar justru lebih dikenal pecinta kopi asal Lombok.
‘’Ngopi bagi masyarakat Lombok kan tidak bisa dipisahkan dari keseharian,’’ ungkapnya.
Dody berangan-angan bisa menyajikan langsung kopi buatan tangannya ke Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi. Ia ingin membuktikan NTB begitu kaya potensi. Semua bergantung pada keinginan masyarakatnya untuk mencintai produk lokal.
‘’Ya, kalau ngopi dengan Pak Gubernur saya mau sekalian sampaikan kopi ini sudah mampir ke Chile menyusul ke Yordania. Ayo pemerintah NTB terus motivasi petani,’’ katanya.(*)

Avroins Made in Lombok


Clothing Produk Lombok (1)

Pergaulan kadang menularkan semangat berkarya. Sering bergaul dengan owner clothing lokal, memunculkan inspirasi. Itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya Avroins Apparel.
Sebagai clothing lokal pendatang baru. Owner Avroins Apparel Akbar Ongko tidak menutupi, ketertarikan pada bisnis clothing karena sering berbincang soal clothing. Juli 2014 produk Avroins Apparel dikenalkan.
"Arti nama itu kemakmuran," katanya.
Clothing di Lombok memang sedang naik daun. Kaos-kaos buatan lokal ini tampil sebagai produk lokal. Kualitasnya tidak kalah dengan busana yang sudah dikenal oleh anak muda. Pilihan bahan pun sengaja dicarikan yang terbaik.

Untuk produksi, kata Akbar, ada 17 macam desain kaos. Selain kaos ada juga produksi waistbag, topi, bennie, gelang, lanyard, dan jaket. Seperti clothing lokal lainnya, awal berdiri tidak langsung memiliki distro atau store sendiri. Pilihannya tentu titip di bebrapa distro. Di Mataram produknya bisa dijumpai di Lucky Light Candy, Lovely Sunday, dan Electra Diamond. Di Lombok Timur dititip di Duke Store. Titip-menitip produk menjadi hal lumrah diantara clothing lokal. Istilah mereka saling membantu.
"Selain itu kita kirim barang ke Sumbawa, di Murcle Store," bebernya.
Dengan mematok harga Rp 120 ribu tiap kaos, penggemarnya memberi apresiasi positif. Ada pangsa pasar sendiri. Meski bisnis clothing lokal menggeliat tidak lantas membuat kehilangan peminat. Costumer memiliki kesempatan menyampaikan desain. Setelah desain disampaikan, tentu saja Akbar bakal memberikan sentuhan terbaik.
"Selain dari kita. Konsumen bisa usul desain," ucap Akbar.
Pemuda berjenggot ini menambahkan, desain untuk para skater menjadi andalan. Desain simpel untuk penggemar skateboard menyita perhatian. Kebanyakan clothing lokal mengambil desain art atau komunitas.
"Saya desain yang mudah-mudah saja. Tapi mengena ke konsumen," akunya
Menurut Akbar, geliat clothing lokal tidak membuatnya gentar bersaing. Justru banyak pengalaman dari clothing senior bisa diambil. Justru clothing karya anak muda Mataram harus dipertahankan. Selain membuat nama daerah terkatrol, desain lokal menunjukkan kreativitas anak mudanya. Clothing bagian dari ekonomi kreatif.
"Soal lesu atau sepi itu proses," tambahnya.
Ditengah gencarnya usaha anak muda menghidupkan clothing, lanjutnya, harus diberi ruang lebih oleh pemerintah. Perlu ada pameran untuk clothing lokal. Sejauh ini clothing lokal eksis secara mandiri. Padahal bisnis clothing ikut menumbuhkan ekonomi kecil. Selain penjual kaos, tukang sablon mendapat untung.
"Harus dibantu pemerintah. Seperti ada event pameran clothing berkala," ucapnya.
Diakuinya, solidaritas diantara pemilik clothing lokal cukup bagus. Itu membuat clothing junior diberi kesempatan. Konsumen memiliki banyak pilihan. Tinggal masing-masing clothing memberi karyawan terbaik.(*)

Mutiara Lombok Sanggup Mendunia

Sudah sejak lama Lombok dikenal dengan mutiaranya. Sedikit sentuhan tangan dingin, mutiara asal Lombok bisa melanglang buana. Indah Pratiwi kartini menjual mutiara Lombok dari Timur Tengah sampai Eropa.
Berawal tanpa modal, Indah mulai bisnis mutiara. Menurutnya modal bukan satu-satunya ukuran memulai usaha. Kemauan besar kunci utamanya. Meski baru memulai usaha mutiara 2011 silam, usaha itu menuai hasil. Terjun menjual mutiara bukan karena tidak ada pekerjaan. Saat itu, Indah menjadi pegawai bank di Mataram. Kerap wira-wiri ke Jakarta bertemu sesama audit bank, dimanfaatkan untuk menjual mutiara.
“Animonya bagus,” katanya.

Bermula dari sana, kata Indah, mulai mencoba promosi mutiara via online. Jual beli mutiara melalui facebook dimulai. Minat konsumen dunia maya cukup bagus. Keputusan berani diambil, ia memutuskan berhenti bekerja di bank. Akhir 2011, fokus utamanya bisnis mutiara. Awal memulai bisnis, tidak langsung modal besar dan membuka toko. Modalnya hanya gadget dan laptop. Setiap hari rajin datang ke toko-toko mutiara. Tekad yang luar biasa.
“Modal nol, datang ke toko-toko hanya ambil foto,” bebernya.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini menyebut, ilmu ekonomi di bangku kuliah diterapkan. Konsepnya menjual, untung buat modal dan menggaji diri sendiri. Manfaat ilmu di bangku kuliah dirasakan. Juli 2012, Indah mulai mencoba membuat asesoris dari mutiara sendiri. Kreasi muncul di benaknya. Asesoris jilbab dijual Rp 60 ribu. Permintaan konsumen meledak. Indah melihat peluang, saat itu belum ada yang membuat asesoris jilbab dari mutiara. Inovasinya tidak berhenti. Selanjutnya mulai membuat kreasi sepatu dan tas mutiara. Tanpa diduga karya sepatu dan tas mutiara me
mbuatnya memang di ajang wirausaha Mandiri 2013.
“Itu membuat nama saya makin dikenal setelah menang di ajang itu,” ucapnya.
Ibu satu anak ini berkesempatan mendapat pelatihan dari wirausaha top Indonesia, salah satunya Sandiago Uno. Ia pun akhirnya bisamembawa nama Indah Mutiara Lombok, menggelar pameran di Jakarta. Perjuangan yang dilakukan selama ini berbuah manis. Pengalaman di Jakarta didapat. Hingga akhirnya, kesempatan lebih besar didapat. Indah bisa tampil di Beirut, Libanon. Membawa nama mutiara Lombok hingga ke Libanon bukan pekerjaan mudah. Kesempatan emas untuk mendunia yang tidak bisa disia-siakan. Di Timur Tengah mutiara Lombok dikenalkan. Kebanggaan luar biasa, bisa jualan sekaligus mengenalkan Lombok.
Selain di kawasan Timur Tengah. Mutiara Lombok selanjutnya memikat daratan Eropa. Belanda dan Rusia dua negara yang rajin memesan mutiara Lombok. Dua negara tersebut bergiliran memesan mutiara. Sama seperti di Beirut, peredaran mutiara Lombok di Eropa diyakini akan membawa nama Lombok dikenal di Eropa. Sedangkan di Asia, costumer datang dari Jepang, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan.
Indah menegaskan, memnjual mutiara lintas negara tidak melulu bisnis. Pilihan melebarkan sayap keluar negeri, cukup potensial. Mutiara Lombok tidak hanya dikenal di dalam negeri saja. Dalam waktu dekat ada undangan menggelar pameran di Kiev, Ukraina.
“Ini sekaligus untuk mengenalkan Lombok,” ucapnya.
Ibarat bayi, kata Indah, usaha mutiara yang digelutinya baru belajar merangkak. Baru cerita manis didapat. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin mengembangkan usaha mutiara. Dunia fashion selalu berkembang. Desain mutiara pun harus berkembang. Namanya usaha, selalu ada pasang-surut. Tapi, sepanjang semangat besar terus ada diyakini semua akan terus berjalan baik.
“Harus selalu update,” kata perempuan 29 tahun ini.
 Bisnis mutiara laut yang digeluti, setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah income dan peredaran semakin positif. Terakhir tahun lalu, omzet mutiara menangguk rupiah sampai Rp 3,4 miliar. Tak heran, pilihan berhenti sebagai pegawai bank tak pernah disesali Indah. Dari modal nol, kini beromzet miliaran.(*)

Monday 7 December 2015

Mengelola Sampah dan Sungai di Kota Mataram


Indriyatno

(Dosen Program Studi Kehutanan Universitas Mataram)

Siapa yang tidak kenal sampah? Sampah merupakan suatu masalah bahkan menjadi masalah di daerah maupun masalah nasional. Seperti halnya juga di Pulau Lombok, di Kota Mataram misalnya Adipura tidak dapat di raih karena belum beres mengelola sampa dan sungai. Demikian juga di Lombok Barat.
Para pemerhati lingkungan memikirkan sampah mau dikemanakan sampah ini??? Salah satu oleh Forum Wartawan Lombok Barat ke Bandung menyoroti penanganan sampah, dari hasil kunjungan ke Bandung, Di Bandung yang konon rencananya akan dijadikan sampah sebagai sumber energy listrik. Demikian juga DPR melalui kaukus DPR melakukan temu rembug dengan masyarakat untuk mendengarkan masalah sampah dan pengelolaan sungai di Kelurahan Ampenan beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya ketika memandang sampah dengan berpikir positif maka sampah merupakah berkah bagi kita, mengapa?? Banyak ide yang bisa kita lakukan dari sampah, juga bagaimana solusi penangan sampah, terutama yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat Lombok ini.
Salah satu warga Kelurahan Banjar mengembangkan Bank Sampah pengrajin handycraf plastic bekas, dia saat ini medapatkan order untuk diekspor, dalam pegembangannya sampah yang dibuat ternyata bukan sembarang sampah, sampah yang dimaksud adalah sampah yang diperlakukan dengan baik, mengapa bungkus permen, atau kopi cara pemotonganngya harus standar sehingga bisa didesain menjadi model dan bahan yang sesuai dengan keinginan pembeli seperti tas, dompet dan lain-lain, artinya manajemen sampah perlu disosialisasikan kepada warga dan warung-warung bagaimana memperlakukan sampah.
Penulis sendiri memiliki pengalaman ketika menangangi sampah, dari kotoran limbah pemotongan dan limbah mesin penetasan telur penulis membudidayakan papaya kalifonia mendapatkan pendapatan perhari minimal Rp. 50.000,-, sedangkan pak Japri seorang petani denga lahan sewa seluas 2 ha di daerah Pejarakan juga mampu memangkas kebutuhan pupuk an organik sebesar 10 % dari limbah sampah serta dia bisa menggaji karyawan usaha taninya Rp. 500.000,- per hari dan mempekerjakan 10 tenaga kerja setiap hari.
Mengelola sampah secara individu pun mendatangkan hasil, bagaimana bia dilakukan secara berjamaah, tentu lah banyak ide yang muncul dari sana. Dua tahun yang lalu penulis bertemu dengan seorang lurah yang memiliki perhatian terhadap lingkungan, kami berjuang bersama mencoba mengolah sampah bersama masyarakat. Dari hasil diskusi dengan warga yang kami lakukan hampir setiap minggu di Kelurahan Banjar ternyata sampah bisa ikut mengsejahterakan warganya bila cita-cita yang rencanakan terwujud. Mengapa kesejahteraan, karena kalimat ini merupakan kalimat yang abstrak, dan tidak mudah didifinisikan dan direalisasikan, menurut penulis kesejahteraan adalah hal yang sederhana di mana setiap orang akan disebut sejahtera jika dia bisa mengakses kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, sarana dan prasarana. Mengapa demikian sepanjang pengalaman penulis melakukan pengelolaan sampah di Lingkungan Selaparang, pengalaman yang paling menyedihkan adalah ketika ada seorang kader kelurahan meninggal ketika di terkena kangker rahim namanya ibu Maryati. Tentang kegigihan ibu Maryati tentu warga Banjar tidak meragukan lagi, setiap pagi penulis sambil mengirim sayur lihat bu maryati menyapu sampah di Jalan Energi, pada saat almarhum tidak terltihat menyapu lagi di jalan, ternya beliau masuk rumah sakit Bayangkara. Dari visum dokter dia terkena kangker rahim stadium IV dan harus di kemoterapi. Bukan tidak ada perhatian dari pemeritah, berbekal kartu askin beliau dirujuk untuk khemo di Rumah sakit di Bali. Warga, ketua liggkungan, ketua RT dan tokoh masyarakat serta pak Lurah pun membantu untuk bisa berobat, namun persoalnya tidak sesederaha yang kita bayangkan. Beliau tidak bisa berobat bukan karena tidak ada rumah sakit yang mengobati tetapi tidak ada biaya digunakan untuk keperluan hidup di Bali pada saat pengobatan. Sehingga beliau tetap di rumah sampai beliau meninggal. Jadi orang disebut sejahtera jika suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungngnya dapat memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau keluar dari kerentanan, jika hal tersebut tidak tercapai maka seseorang atau rumah tangga disebut miskin.
Jadi ketika tingkat pengetahuan dan kesehatan terpenuhi cenderung alam dan sosial menjadi baik, bila kesehatan dan materi terpenuhi cenderung kondisi sosial dan politik menjadi baik, demikian juga jika materi dan pengetahuan baik cenderung politik dan ekonomi menjadi baik dan diharapkan natinya bila kondisi politik kondusif, alamnya mendukung, ekonomi masyarakat meningkat maka sarana dan prasarana juga akan meningkat. Itulah makna kesejahateraan yang sebenarnya bagi kita masyarakat. Berpikir dari situlah kita mencoba mengembangkan pengelolaan sampah dan Sungai Jangkok
Dari permasalahan itu, dicobalah kita mengembangkan askes kelurahan, dimana bila setiap KK minta untuk iuran Rp. 10.000 untuk mengelola sampah, maka di lingkungan itu aka memiliki kas setiap bulan sebesar Rp. 6.000.000, uang tersebut digunakan untuk pembersih sampah sebanyak Rp. 2.500.000,- maka masih terdapat kas Lingkungan sebesar Rp. 3.500.000 dalam 1 tahun akan terkumpul Rp. 3.500.000 maka dalam satu tahun terkumpul uang sebesar Rp. 42.000.000.
Pada saat ini secara swadaya pihak kelurahan juga membentuk kelompok ekonomi produkif untuk mengelola 2 kumbung jamur yang posisinya di bantaran sungai jangkok. Hasil usaha tersebut kecuali untuk meningkatkan pendapatan warga juga digunakan untuk mengelola sampah dan manejemen pengelolaan sungai.
Ditambah lagi bila warga dan anak-anak KKN tematik Unram berhasil menanam nangka unggul lokal, nagka tersebut penulis temukan pada saat masuk hutan di kaki Gunung Rinjani menemukan buah nangka beratnya mencapai 80 kg, luar biasa seandainya ditanam di sepanjang Bantaran Sungai Jangkok sebagai estimasi bila 1 buah harganya Rp. 100.000 didalam 1 pohon menghasilkan 10 buah dan ditanam sebanyak 100 pohon dalam 1 lingkungan maka akan didapatkan uang sebanyak Rp. 100.000/tahun, penulis juga berkonsultasi dengan para pedagang dodol dan kripik nangka di daerah soronadi, memberi informasi bahwa nangka yang jenis tersebut digunakan sebagai bahan dodol dan kripik .
Artinya total pendapatan dari kegiatan warga dari budidaya nangka dan uang sampah menjadi Rp. 142.000.000,- sungguh luar biasa, bila ditambahkan dengan ide yang dikembangkan seorang sahabat kepala dusun nan jauh di pinggiran hutan sesaot mengembangkan pisang sehat, bila di lingkungan Selaparang menanam papaya setiap kk 2 pohon 1 pohon diambil oleh pemilik rumah sedangkan 1 pohon diserahkan ke lingkungan sebagai asumsi saat ini 1 pohon bisa menghasilkan Rp. 50.000 maka dalam 1 tahun akan didapatakan uang sebesar Rp. 50.000 x 600 tanaman = Rp. 30.000 jadi total terdapat uang sebanyak Rp. 172.000.000 sungguh luar biasa, semoga dari dana sebesar ini bisa untuk dana kesehatan mencapai kesejahaterakan yang di amanhakan dalam UUD 1945, termasuk tidak ada lagi kejadian Ibu Maryani tidak bisa berobat karena tidak ada biaya.
Dana tersebut bisa diakses oleh warga yang sakit maksimal Rp. 2.000.000,- saat ini dengan segala keterbatasan pak lurah baru mampu menggerakan warganya sebesar 2 RT. Memang jalan terjal mengelola sampah masih panjang dan belum optimal.
Pengembangan pengelolaan sampah bukan perkara mudah di tingkat implementasi di masyarakat, walaupun dibuat papan larangan membuang sampah biasanya perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai tidak berubah, yang diperlukan saat ini adalah melakukan perubahan mainset perilaku. Pak lurah sendiri dalam menghadapi warganya penuh tantangan dan kesabaran. Seorang ketua RT menyarankan kepada warganya di depan pak lurah “ jangan buang samah di pinggir sungai tapi buanglah ke tengah sungai” namun demikian dari tangan dingin seorang lurah saat ini 2 RT sudah tertangani. Untuk merubah mainset pak lurah mengerakkan warganya untuk begotong royong setiap minggu seperti membuat bipori dan penyuluhan pegelolaan sampah, dimana biopori kecuali untuk mengendalikan banjir di kelurahan Banjar juga dapat dipakai sebagai lubang pengolah sampah organik, Dari kegiatan biopori sedikit demi sedikit genangan-genangan yang biasanya terjadi di daerah Lingkungan Selaparang mulai berkurang,
Pembelajaran yang lain yang diberikan adalah dengan memberikan modal usaha simpan pinjam sebesar Rp. 400.000 uang tersebut diberikan kepada kelompok kader pengolah sampah sebagai dana simpan pinjam, Bu Maryati almrhumlah dan Maryani yang meminjamkan kepada anggotanya untuk usaha simpan pinjam, sampai bu Maryati meninggal dana tersebut bertambah menjadi 600.000, dana ini tidak cepat bertambah karena dari hasil diskusi dengan kelompok tidak ada bunga yang konon kabarnyanya mengandung riba secara agama. Dengan memberikan modal ekonomi utuk usaha bersama yang ditumbuhkan adalah membangun modal kepercayaa bahwa kita akan bersama bangkit mengelola sampah untuk kesehateraan, walaupun perjalanan warga keluran Banjar berjalan sangat pelan. Semoga warga Banjar tetap bersemangat memperjuangkan pengelolaan sampah untuk kemaslahatan umat manusia amin.