This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday 17 October 2016

Kemilau Mutiara Indonesia di Empat Benua





(Indonesian South Sea Pearl sudah  menjadi perhiasan/febri-dokumen pribadi)



INDONESIA sebagai penghasil Indonesian South Sea Pearl (ISSP) atau mutiara laut selatan terbesar dunia. Data Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebaran produksi tiram Pinctada Maxima dari Sumatera Barat, Lampung, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat.
Salah satu lokasi produksi Pinctada Maxima di NTB adalah di Lombok Utara, tepatnya di Teluk Nara, Kecamatan Pemenang. Dari Ibukota NTB (Kota Mataram) butuh waktu sekitar 45 menit untuk kesana. Potensi Indonesian South Sea Pearl dikembangkan oleh Autore Pearl Farm & Showroom. Disini bisa melihat mutiara dari hulu sampai hilir. Tak banyak di Indonesia lokasi budi daya mutiara jenis Pinctada Maxima yang dibuka untuk umum. 

(Lokasi budi daya tiram di Teluk Nara, Lombok Utara/febri-dokumen pribadi)

Penjelasan mengenai Indonesian South Sea Pearl saya dapat secara runut dari Asisten Manajer Autore Pearl Farm & Showroom M Khalil Gibran. Pria yang akrab disapa Gibo ini menceritakan, menghasilkan mutiara yang bagus prosesnya cukup panjang. Butuh empat tahun untuk sebutir mutiara. Pada moment “6th Indonesian Pearl Festival 2016” acungan jempol patut diberikan pada produksi  Indonesian South Sea Pearl dari Teluk Nara. Ekspor Autore Pearl Farm & Showroom telah menembus empat benua, Eropa, Amerika, Asia, dan Australia. Kemilau mutiara di Eropa menyebar mulai London, Milan, Spanyol, hingga Monaco. Sementara di Amerika, diminati pasar New York. Sementara untuk Asia dari Dubai dan Arab Saudi salah satu pasar potensial. Termasuk pelelangan di Hongkong. 
Budi daya Indonesian South Sea Pearl di Lombok Utara, dari penuturan Gibo diuntungkan oleh akses. Tak seperti daerah lain di Indonesia seperti di Sulawesi, Bali, dan Papua. Permintaan pasar luar negeri, tak bisa dipenuhi semua oleh Autore Pearl Farm & Showroom. Permintaan ekspor ditambah produksi negara lain. Diantara faktor yang membuat produksi mutiara belum memenuhi seluruh permintaan ekspor karena iklim. Seringnya hujan, ditambah gelombang laut, serta cuaca tak stabil membuat Pinctada Maxima sulit berkembang. Budi daya Indonesian South Sea Pearl itu tak seperti membuat roti. Setelah mengeluarkan modal, membeli bahan baku, kemudian roti langsung jadi dan tinggal menjualnya. Budi daya Indonesian South Sea Pearl  butuh modal besar. Modal yang dikeluarkan tak bisa langsung balik. Panen mutiara setiap tahun pun tak selalu bagus dan bisa dijual. Butuh beberapa tahun menutup modal yang sudah dikeluarkan.
Pasar memberi kepercayaan pada mutiara dari Teluk Nara selain kualitas, pecinta mutiara bisa melihat langsung prosesnya. Ada pecinta mutiara yang jauh-jauh datang dari Eropa, Amerika, Timur Tengah, serta beberapa negara Asia Tenggara untuk melihat budi daya tiram dan panen mutiara. 


(Turis mencanegara sedang melihat mutiara di showroom/febri-dokumen pribadi)

Mutiara yang dihasilkan, warnanya tak selalu sama. Ada yang berwarna emas, putih, sedikit kekuningan, dan silver. Setiap Pinctada Maxima memiliki warna dalam cangkang berbeda. Mutiara yang telah dipanen tak langsung dijual. Masih ada pengecekan oleh ahli mutiara. Bukan sembarang ahli, ahli mutiara ini bersertifikat khusus. Hal-hal yang dicek dari mutiara adalah kilau (shine), kemulusan permukaan (surface), bias warna (shade), bentuk (shape), ukuran (size). Untuk bentuk sendiri, ada yang tak beraturan (baroque). Setelah itu akan ada tingkatan (grade) mutiara. Dasar inilah kemudian harga Indonesian South Sea Pearl ditetapkan. Untuk mutiara sempurna, dengan kilau, kemulusan permukaan, bias warna, bentuk, dan ukuran yang baik sebutir bisa jutaan. Ukuran 10 milimeter lebih bisa Rp 6 juta. Meski begitu, ada juga sebutir  Indonesian South Sea Pearl  bentuk baroque dijual Autore Pearl Farm & Showroom Rp 30 juta lebih dengan berat antara 1,5-2 gram. Dengan harga yang cukup tinggi, wajar nilai perdagangan Indonesian South Sea Pearl dari tahun ke tahun terus meningkat. Data Ditjen PDSPKP melansir perdagangan 2013 mencapai 26,3 juta US Dollar, meningkat di 2014 menjadi 28,9 juta US Dollar, dan tahun 2015 mencapai 31,2 juta US Dollar. Ekspor mutiara NTB berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Disperindag NTB mulai Januari hingga Agustus 2016 terbesar ke Malaysia dengan nilai ekspor sebesar  47.192 US Dollar. Selain itu, Hong Kong menjadi negara ekspor mutiara terbesar kedua yang berasal dari NTB dengan nilai 40.000 US Dollar. Mutiara NTB juga masuk hingga ke Kuwait dan China tetapi pangsanya tidak sebesar Malaysia dan Hong Kong. Masing-masing nilai ekspor mutiara ke Kuwait dan China sebesar 1.765 US Dollar dan 2.038 US Dollar.



(Mutiara laut selatan hasil produksi Lombok Utara-NTB/febri-dokumen pribadi)


Sulitnya Budi Daya Pinctada Maxima



Di dunia ada empat jenis mutiara yang dikenal. Mutiara laut selatan yang dihasilkan oleh tiram Pinctanda Maxima. Produksinya dari Indonesia, Australia, Filipina, dan Myanmar. Setiap tahun produksinya tembus 12 ton. Ada juga mutiara hitam dari tiram Pinctada Margaritifera. Budi daya dilakukan di Tahiti, jumlah produksi setiap tahun antara 8-10 ton. Kemudian mutiara Akoya dari China dan Jepang dengan produksi 15-20 ton. Terakhir mutiara air tawar China dengan produksi 1.500 ton setiap tahun. Indonesian South Sea Pearl memiliki kualitas premium dengan harga tinggi pasaran. Meski begitu tak gampang untuk mendapatkan sebutir mutiara.  Prosesnya panjang. Dari penuturan Asisten Manajer Autore Pearl Farm & Showroom M Khalil Gibran empat tahun untuk mendapatkan mutiara. Semuanya berawal dari budi daya tiram Pinctanda Maxima. Mengawinkan indukan jantan dan betina untuk mendapat “bayi kerang”. Tempat budi daya memiliki laboratorium khusus. Setiap hari, dua kali diberi makan plankton. Khusus plankton, tak sembarangan. Makanan bayi kerang ini bibitnya dari perairan Tasmania, Australia. Pembesaran bayi kerang berjalan dua tahun. Setelah dua tahun, tak semua bisa ditanami nukleus. Persentasenya dari jutaan bayi kerang, hanya 25 persen yang bisa ditanami nukleus. Di usia dua tahun tiram Pinctanda Maxima ditanami nukleus. Kemudian ditenggelamkan di perairan Teluk Nara dengan kedalaman 7-10 meter. 

(Tiram Pinctada Maxima yang siap ditanami nukleus/febri-dokumen pribadi)

Penenggelaman tiram Pinctanda Maxima tak sembarangan. Ada jaring pelindung kerang. Bukan asal dilepas saja ke laut. Selama dua tahun, harus rajin dipantau. Asupan makanan bergantung pada alam. Kehidupan bawah air tak selalu mulus. Iklim kadang tak menentu. Ditambah lagi gelombang air laut. Kalau iklim dan laut tak mendukung, mutiara yang dipanen kurang maksimal. Ketika panen mutiara, dari 25 persen kerang dewasa yang ditanami nukleus sekitar 20-25 persen bisa memberi mutiara. Sementara untuk tiram Pinctanda Maxima dengan kualitas mutiara yang bagus, bisa menghasilkan mutiara beberapa kali. Setelah panen, tiram tinggal ditanam nukleus. Menunggu dua tahun bisa panen kembali.

(Pusat penjualan mutiara di Sekarbela, Kota Mataram/febri-dokumen pribadi)
Perluas Promosi Indonesian South Sea Pear


Mereka yang datang ke Lombok selalu menjadikan mutiara sebagai pilihan oleh-oleh. Mutiara Lombok dianggap sebagai mutiara berkelas. Sentra pengerajin mutiara di Lombok tersebar di banyak tempat, salah satunya di Kecamatan Sekarbela. Di kawasan ini penjual mutiara menjual mutiara dengan harga bervariasi. Dari mulai yang rendah, sampai harga yang tinggi. Tapi, tak semua konsumen paham tentang Indonesian South Sea Pearl. Semua mutiara  dianggap sama. Malah tak sedikit yang berpikir, yang penting mutiara. Hal ini semakin diperparah lagi dengan gempuran Chinese Fresh Water Pearl atau mutiara air tawar asal China. Mutiara berharga murah dengan kisaran antara 15 ribu sampai 200 ribu tiap gram. Berbeda dengan Indonesian South Sea Pearl yang harga tiap gramnya bisa antara 2,5 juta hingga 10 juta. Pariwisata di Lombok kian berkembang. Diikuti meningkatkannya kunjungan wisatawan. Masyarakat yang ingin memanfaatkan peluang pariwisata memandang berjualan mutiara sebagai potensi. Jika datang ke Lombok pedagang mutiara tak hanya dijumpai di toko-toko. Sekarang mulai muncul pedagang mutiara keliling. Pedagang menjual mutiara dari satu hotel ke hotel lain, atau dari satu rumah makan ke rumah makan yang lain. Jelas mutiara yang dijual bukan Indonesian South Sea Pearl. Tiap butir mereka hanya menjual di kisaran Rp 300-500 ribu. Itu adalah mutiara air tawar asal China. Harga murah dengan kualitas rendah. Saat ditanya jenis mutiara tersebut, jawaban pedagang hanya menjawab mutiara Lombok.
Melalui ajang 6th Indonesian Pearl Festival 2016, kesempatan bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggaungkan ke masyarakat luas mengenai Indonesian South Sea Pearl. Sasaran utama adalah daerah atau provinsi di Indonesia yang menjadi basis budidaya Indonesian South Sea Pearl. Hal ini salah satu cara menekan peredaran mutiara air tawar yang semakin mendominasi. Pecinta mutiara bisa saja dengan mudah membedakan antara Indonesian South Sea Pearl dengan Chinese Fresh Water Pearl. Sayangnya, tidak semua yang membeli mutiara tahu mutiara yang asli dari lautan Indonesia. Indonesian South Sea Pearl tetap mutiara terbaik dunia.(*)